Kondisi Terumbu Karang di Indonesia

Kondisi terumbu karang di Indonesia masih memprihatinkan. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mencatat, hampir sepertiga kondisi terumbu karang di Indonesia mengalami kerusakan atau kurang baik. Meskipun kondisi ini telah mengalami tren membaik dalam sepuluh tahun terakhir.

Sebanyak 30,4 persen dari total luas terumbu karang yang dimiliki oleh Indonesia berada dalam kondisi rusak atau tidak baik. Hanya sebesar 2,59 persen dan 27,14 persen yang dalam kondisi sangat baik dan baik. Selebihnya, 37,18 persen dalam kondisi kurang baik.

Terumbu karang (coral reef) Indonesia merupakan yang terkaya di dunia. Luas terumbu karang di Indonesia ini mencapai 2,5 juta hektar. Selain luas, terumbu karang Indonesia pun memiliki keanekaragaman hayati tertinggi di dunia. Sedikitnya 750 jenis karang yang termasuk ke dalam 75 marga terdapat di Indonesia.

Sayangnya, kekayaan ini nyaris hilang. Berbagai survei mencatat tingkat kerusakan terumbu karang Indonesia yang sangat memprihatinkan. Survei terbaru dilakukan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Dengan melakukan pengamatan di 1.135 stasiun, hingga 2013, tercatat 5,29 persen dalam kondisi sangat baik, sebesar 27,14 persen masih dalam kondisi baik, dan sebesar 37,18 persen dalam kondisi cukup. Sisanya sebesar 30,4 persen dalam kondisi tidak baik.

Kerusakan terparah salah satunya adalah di teluk Jakarta. Persentase terumbu karang yang baik di teluk Jakarta tidak mencapai dua persen. Data ini dirilis oleh LIPI dalam diskusi media bertajuk “Riset Ekosistem Terumbu Karang di Indonesia” yang berlangsung di Media Center LIPI, Jakarta, Kamis, 17 April 2014.

Kerusakan terumbu karang disebabkan dua faktor utama, yaitu kerusakan oleh alam atau bencana alam dan kerusakan akibat aktivitas manusia. Kerusakan oleh faktor alam seperti akibat terjadinya badai, tsunami, dan gempa bumi di laut.

Sedangkan kerusakan oleh manusia seperti diakibatkan oleh cara penangkapan ikan di sekitar terumbu karang yang sifatnya merusak (menggunakan bahan peledak, racun sianida, muro-ami dan perangkap ikan), pencemaran laut, pemanasan global, penambangan batu karang dan sedimentasi. Kerusakan akibat manusia ini jauh lebih beresiko.

About the Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may also like these