Indonesia adalah negara kelautan yang memiliki kurang lebih ½ Juta Hektar terumbu karang. Terumbu karang ini tersebar di banyak provinsi seperti Kepulauan Riau, Sumatera Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, Papua dan Papua Barat. Jumlah yang sangat besar tersebut, sekaligus menjadikan Indonesia sebagai yang terbesar di dunia.
Hingga saat ini, terumbu karang telah dijadikan sebagai Taman Nasional yang dilindungi dan memiliki berbagai manfaat. Seperti dilansir dari laman infogeografi.com, terumbu karang berfungsi sebagai kehidupan dan lingkungan biota yang hidup disekatnya seperti jenis hewan avertebrata (crustacea, siput, kerang-kerangan), ikan-ikan kecil, ganggang dan juga alga.
Terumbu karang sendiri adalah batuan sedimen kapur yang terbentuk dari kalsium karbonat yang dihasilkan oleh biota laut penghasil kalsium karbonat yang kemudian tersedimentasikan. Sedimentasi yang terjadi pada terumbu dapat berasal dari karang maupun dari alga.
Selain menjadi kehidupan dan lingkungan bagi biota laut, terumbu karang juga dapat dijadikan sebagai pelindung ekosistem pantai karena terumbu karang akan menahan dan memecah energi gelombang yang besar menjadi lebih kecil, sehingga mencegah terjadinya abrasi.
Hal yang sama seperti yang dilakukan oleh tumbuhan Mangrove. Selain itu, terumbu karang yang tumbuh dengan baik akan menjadi sangat indah dan menjadikannya sebagai objek wisata yang dapat menarik banyak wisatawan untuk menyelam.
Sayangnya, banyaknya manfaat dari terumbu karang tersebut harus tereduksi dengan terjadinya peristiwa menabraknya kapal pesiar Caledonian Sky yang berlayar di perairan sekitar tempat gugusan terumbu karang tumbuh di Raja Ampat, Papua Barat. Kapal pesiar Caledonian Sky berbobot 4.290 ton dengan membawa 102 penumpang dan 79 awak dengan perjalanan sekitar 16 malam dari Papua Nugini menuju Filipina.
Kapal tersebut menabrak karang hingga merusak sekitar 1.600 meter. Dilansir dari laman kompas.com kapal Caledonian Sky menabrak terumbu karang setelah mengantarkan wisatawan melakukan pengamatan burung di Waigeo. Kemudian, kapal tersebut terjebak di periaran dangkal. Sayangnya, boat mearik kapal itu pada saat air belum pasang sehingga menyebabkan kerusakan terumbu karang yang berada dibawahnya.
Kejadian tersebut tentu menyita banyak perhatian dari berbagai banyak kalangan. Salah satunya datang dari pemetik bass band Indie asal Jakarta, White Shoes and The Couples Company, Ricky Virgana. Ricky mengaku kesal dengan peritiwa yang menyebabkan rusaknya terumbu karang di Raja Ampat. Pada 2012 lalu, Ricky bahkan berkesempatan untuk snorkeling menikmati keindahan bawah laut Raja Ampat.
“Saya sangat kesal begitu membaca berita rusaknya terumbu karang Raja Ampat. Selama ini, kawasan itu memnag dijaga betul dari kegiatan yang bakal memicu kerusakan, seperti memancing. Eh, tapi malah rusak begitu saja oleh kapal pesiar asing,” ungkap Ricky.
Selain mengungkapkan kekesalannya, Ricky juga mengajak untuk berpikir bahwa terumbu karang merupakan aset berharga yang harus dilindungi. Menurutnya, butuh waktu bertahun-tahun untuk terumbu karang berkembang per sentimeternya.
Pertumbuhan terumbu karang memang terbilang sangat lama. bahkan, membutuhkan waktu puluhan tahun untuk memulihkan terumbu karang yang rusak seperti yang diungkapkan oleh Brahmantya Satyamurti Poerwadi, Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut Kemnterian Kelautan dan Perikanan.
“Recovery terumbu karang bisa mencapai hingga 40 tahun lamanya. Apalagi jenis yang ada di Raja Ampat ini karangnya berbeda-beda,” Kata Brahmantya di Gedung Kemneterian Kelautan dan Perikanan, Jakarta. Dilansir dari laman CNN Indonesia.
Hingga kini, akibat peristiwa tersebut, terjadi kerusakan ekosistem di struktur habitat dan hilangnya beberapa jenis terumbu karang seperti acropra, porites, montiporam dan stylophora. Seperti dilansir dari laman rappler.com ganti rugi yang diajukan yakini sebesar US$800 – US$1.200 atau setara Rp 11 juta – 17 juta per meter persegi. Sementara, total ganti rugi yang harus diberikan kira-kira sebesar US$1,28 juta – US$1,92 juta atau setara Rp 26 miliar.