Kondisi terumbu karang di Indonesia tergolong memprihatinkan. Lembaga Ilmu Pengetahuan (disingkat LIPI) mencatat kalau hampir sepertiga kondisi terumbu karang di Indonesia mengalami kerusakan atau kurang baik. Meskipun, kondisi ini sudah mengalami tren membaik dalam sepuluh tahun terakhir. Mengutip dislhk.bandungkab.go.id, sebanyak 30,4% dari total luas terumbu karang Indonesia berada dalam kondisi rusak atau tidak baik. Hanya sebesar 2,59% dan 27,14% yang dalam kondisi sangat baik dan baik. Selebihnya, 37,18% dalam kondisi kurang baik. Duh.. miris banget!
Tentu saja, banyak faktor yang menyebabkan terumbu karang kita dalam keadaan rusak saat ini. Bisa dari arus atau gelombang laut, dan bisa juga dari ulah manusia. Manusia membuang sampah plastik ke laut yang pada akhirnya membunuh karang dan biota laut. Selain itu, manusia juga menangkap dan mengonsumsi ikan yang sebenarnya memiliki peran penting bagi kelestarian terumbu karang dan biota laut. Lantas, ikan apa saja yang sebenarnya tidak boleh diburu dan dikonsumsi? Yuk, mari kenali!
1. Ikan Kakatua (Scaridae)
Ikan kakatua atau scaridae adalah ikan herbivora. Ikan ini berpenampilan warna-warni: putih, hijau, dan biru. Mereka hidup di perairan dangkal tropis dan subtropis di seluruh dunia.
Ikan ini bisa ditemukan di pantai berkarang serta padang lamun. Scaridae memiliki kepala yang agak bulat tumpul dan susunan gigi membentuk flat di rahang atas dan bawah mirip dengan burung kakatua. Itu sebabnya, dinamakan ikan kakatua.
Peran pertama adalah mengontrol alga yang tumbuh di karang. Apa itu alga? Alga adalah protista mirip tumbuhan, tetapi tidak memiliki akar, batang, dan daun. Pertumbuhannya sangat cepat pada karang, sehingga dapat membunuh karang dengan merendam, menaungi, dan abrasi. Pertumbuhan alga pada karang juga menimbulkan dampak ekonomi lho, di mana alga mungkin terlihat tidak menyenangkan bagi wisatawan yang sedang menyelam atau snorkeling. Untunglah ada ikan kakatua yang bertugas memakan alga yang tumbuh pada karang. Akativitas ikan kakatua ini jelas akan menekan pertumbuhan alga pada karang hidup. Juga, akan memberikan kesempatan bagi terumbu karang untuk tumbuh.
Peran kedua adalah menghasilkan pasir. Peran ikan kakatua bukan hanya mengontrol pertumbuhan alga, tapi juga menghasilkan pasir laut. Sambil makan alga, substrat keras yang berupa karang mati akan dikunyah, alganya ditelan, dan karang yang sudah hancur dibuang kembali melalui feses. Apa itu feses? Feses adalah kotoran ikan kakatua berupa pasir putih halus dengan jumlah cukup banyak. Konon, ikan kakatua dewasa dapat mengeluarkan pasir sebanyak 450 kilogram setiap tahun. Semakin lama dan semakin banyak ikan ini hidup jumlah pasir putih yang dihasilkan pun akan semakin banyak. Amazing kan?
Meskipun ikan kakatua memiliki peran yang sangat penting bagi ekosistem laut, hingga saat ini belum ada aturan atau larangan mengonsumsi ikan kakatua. Semoga saja ada larangan perlindungan bagi populasi ikan kakatua. Meskipun belum ada larangan resmi dari Pemerintah, nelayan Indonesia, sebaiknya, mengurangi penangkapan atau bahkan berhenti menangkap ikan kakatua, karena perannya yang sangat vital bagi kelestarian ekosistem terumbu karang di laut. Pencegahan terhadap penangkapan ikan kakatua bisa dilakukan dengan memperkecil ukuran mata jaring.
2. Ikan Napoleon (Cheilinus Undulatus)
merupakan jenis ikan karang terbesar dari famili Labridae, subfamili Cheilininae. Di beberapa daerah di Indonesia ikan ini dikenal dengan sejumlah nama seperti maming, laraluca, lemak, lambe, dan siomae. Unik ya. Pada napoleon muda, lengkung kepala bagian atas agak cembung. Sedangkan yang dewasa, bagian dahinya sangat menonjol. Rahang ikan ini juga menonjol dengan bibir yang tebal. Lucu! He-he. Badan ikan napoleon muda berwarna abu-abu kecokelatan, sedangkan yang dewasa berwarna kehijauan dan ada garis-garisnya. Di matanya ada bintik-bintik hitam. Ukuran tubuhnya tergolong besar, lebih dari 2 meter dan berat 190 kilogram. Ikan napoleon bersifat hermaprodit protogini dan mencapai kematangan seksual, yaitu pada umur 57 tahun. Wow! lama banget!
Lantas, apa peran ikan napoleon bagi ekosistem terumbu karang? Peran ikan nepoleon adalah sebagai predator yang menyukai bintang laut mahkota (Acanthaster planci), yaitu spesies pemakan polip karang. Apa itu polip karang? Mengutip biorock-indonesia.com, polip merupakan hewan asli yang memiliki bentuk tubuh silindrikal berukuran kecil dengan struktur bukaan atau mulut yang dikelilingi tentakel penyengat. Terumbu karang akan tumbuh menjadi koloni-koloni dan masing-masing koloni terdiri dari ratusan hingga ribuan polip. Polip-polip yang berhubungan satu sama lainnya dihubungkan dengan jaringan ikat, termasuk pada bagian perutnya. Oleh sebab itu, saat terumbu karang (koloni) mendapat asupan makanan, semua polip yang ada di bagian tersebut akan mendapat makanan yang sama.
Kawasan laut Provinsi Maluku dan Maluku Utara, sebagiannya termasuk ke dalam segitiga terumbu karang dunia (coral triangle). Karena kondisi itulah, Maluku dan Maluku Utara banyak mengoleksi berbagai jenis ikan karang, salah satunya ikan napoleon yang kini mulai terancam punah. Ini karena napoleon menjadi jenis ikan yang bisa dikonsumsi dan memiliki nilai ekonomis sangat tinggi di sejumlah negara Asia seperti Singapura, Hong Kong, China, dan Taiwan. Indonesia merupakan negara pengekspor ikan napoleon terbesar di Asia Tenggara.
Mengutip mongabay.co.id, salah satu kawasan laut yang dulu kaya akan ikan napoleon adalah Kayoa dan Bacan di Halmahera Selatan. Namun, saat ini, ikan itu sudah jarang ditemukan oleh nelayan. Sejak tahun 1995, Menteri Perdagangan Indonesia mengeluarkan surat keputusan yang melarang ekspor ikan napoleon, baik dalam keadaan mati ataupun hidup. Menteri Pertanian juga mengeluarkan surat keputusan yang menetapkan larangan penangkapan ikan ini. Oleh karena itu, dihimbau kepada seluruh nelayan Indonesia untuk tidak menangkap dan mengonsumsi ikan napoleon.
Kepala Badan Konservasi Perairan Daerah, Syahrudin Turuy, mengungkapkan kalau saat ini, kawasan konservasi yang terdapat habitat ikan napoleon ada di kawasan Konservasi Taman Wisata Perairan (TWP) Pulau Makian dan Pulau Moti, serta Taman Pesisir Kepulauan Sula. Selain itu, budidaya ikan napoleon sudah mulai dikembangkan di beberapa daerah, salah duanya di Kabupaten Anambas dan Natuna yang diperkirakan sudah berlangsung puluhan tahun. Namun, tujuannya untuk komersial. Bagaimanapun, budidayakan ikan napoleon masih lebih baik ketimbang melakukan perburuan besar-besaran terhadap ikan ini.
Kerusakan terumbu karang perlu mendapat perhatian yang serius oleh berbagai pihak. Pemerintah perlu melakukan sosialisasi secara berkala terhadap nelayan dan masyarakat Indonesia untuk tidak menangkap dan mengonsumsi ikan kakatua dan napoleon, kecuali untuk tujuan penelitian.
Pemerintah perlu memantau dan mengawal secara teratur aktivitas nelayan di tiap wilayah perairan yang diketahui memiliki koleksi ikan kakatua dan napoleon. Pemerintah harus melakukan pemeliharaan dan perlindungan terhadap wilayah-wilayah perairan yang terdapat habitat ikan kakatua dan napoleon.
Diharapkan juga agar Pemerintah segera mengeluarkan surat pelarangan penangkapan ikan kakatua. Hanya dengan langkah ini, maka terumbu karang dan biota laut yang sedang sekarat akan lestari kembali.
Nelayan Indonesia harus menyadari kalau kondisi terumbu karang di Indoensia saat ini sangat memprihatinkan. Karena itu, aktivitas menangkap ikan kakatua dan napoleon secara berlebihan, sebaiknya, dihentikan demi menjaga kelestarian ekosistem terumbuh karang.
Dan, untuk masyarakat Indonesia, apabila menemukan nelayan yang menangkap ikan kakatua atau ikan napoleon harap melaporkannya ke pihak yang berwajib.
Sekian dan semoga bermanfaat. Salam lestari!