Jakarta – Aktivis lingkungan mengklaim kerusakan Great Barrier Reef di Australia sebagian disebabkan oleh meningkatnya jumlah kapal pesiar yang berlayar di sekitarnya. Kerusakan terumbu karang terbesar di dunia itu merugikan lingkungan dan satwa liar setempat.
Seorang juru bicara Whitsunday Conservation Council (WCC) mengatakan bahwa kapal pesiar menghasilkan air limbah yang terkontaminasi dan emisi CO2.
“Diperkirakan bahwa kapal pesiar berukuran rata-rata (sekitar 3.000 penumpang dan 1.000 awak) menghasilkan sekitar 680.000 liter air limbah (dari dapur, tempat cucian, dan tempat tinggal tamu/staf) setiap hari,” kata juru bicara Whitsunday Conservation Council (WCC) kepada outlet berita lokal Whitsunday News .
Mereka menambahkan bahwa kapal pesiar umumnya hanya dapat menyimpan air limbah ini selama rata-rata 56 jam karena kapasitas tampungnya terbatas. “Ini menunjukkan bahwa sejumlah besar air yang terkontaminasi dibuang langsung ke taman laut,” kata mereka.
Mereka mengklaim bahwa 700.000 liter air laut asam yang terkontaminasi, yang mengandung kadar sulfur, nitrat, dan logam berat yang tinggi, diproduksi setiap jam dari limbah scrubber gas buang. “Itu berarti 16,8 juta liter per hari, hanya dari satu kapal pesiar,” imbuh mereka.
Otoritas Taman Laut Great Barrier Reef (GBRMPA), yang bertanggung jawab untuk mengelola taman, tidak menganggap air limbah atau produk sampingan scrubber gas buang sebagai limbah berdasarkan undang-undang yang berlaku, yang dirancang hampir 50 tahun lalu sebelum munculnya kapal pesiar besar.
“Dan emisi CO2 bahkan tidak diperhitungkan dalam penilaian risiko saat memberikan izin kepada operator kapal pesiar,” tambah kelompok itu.
Pertumbuhan Pesat Kapal Pesiar
Industri kapal pesiar merupakan sektor pariwisata yang tumbuh paling cepat di Australia saat ini. “Selama lima tahun terakhir, GBRMPA dan pemerintah negara bagian telah mengeluarkan lebih dari 103 izin bagi kapal pesiar untuk beroperasi di taman laut tersebut,” kata Trevor Rees, operator pariwisata Whitsunday dengan pengalaman lebih dari 25 tahun.
Tony Fontes, presiden Whitsunday Conservation Council dan operator selam lokal, mengatakan kekhawatiran tentang polusi kapal pesiar telah diabaikan.
Ia mengatakan tanggapan dari GBRMPA mengejutkan dan mengecewakan kelompok tersebut, mengingat fokus utama mereka adalah melindungi kesehatan dan keanekaragaman hayati terumbu karang.
“Telah ada upaya samar-samar oleh CLIA (Cruise Lines International Association Australasia) untuk memeriksa kode etik industri tersebut, tetapi sejauh ini, tidak ada yang terjadi. Tidak seorang pun menyarankan agar kita melarang industri pelayaran, kita hanya ingin mereka memperbaiki tindakan mereka. Dan, percaya atau tidak, ini dapat dilakukan dengan cukup mudah.”
Solusi praktis yang diusulkan oleh WCC meliputi pengolahan semua air limbah dan pembuangan limbah hanya pada tingkat yang dapat diterima sebelum dibuang, penyimpanan air limbah dalam tangki penampungan saat berada di taman laut, dan mewajibkan kapal untuk menggunakan kompensasi karbon guna memperhitungkan emisinya.
GBRMPA menyatakan bahwa otoritas terumbu karang mendukung operasi kapal pesiar yang berkelanjutan secara lingkungan di taman laut tersebut dan memiliki peraturan yang ketat untuk kapal pesiar. “Semua kapal di taman laut Great Barrier Reef harus mematuhi peraturan pencegahan polusi internasional.”
Great Barrier Reef merupakan taman laut dengan ekosistem bawah laut yang beragam dan indah di pesisir timur laut Australia. Kawasan ini memiliki koleksi terumbu karang terbesar di dunia, dengan 400 spesies karang, 1.500 spesies ikan, dan 4.000 spesies moluska. Kawasan ini juga merupakan rumah bagi spesies seperti duyung dan penyu hijau, yang terancam punah. Hampir seluruh ekosistemnya ditetapkan sebagai Situs Warisan Dunia pada tahun 1981, meliputi area seluas 348.000 kilometer persegi.
