Bintang laut berduri atau Acanthaster planci disebut juga Crown of Thorns (COTs) dalam Bahasa Inggris. Fauna yang juga dikenal sebagai kaki seribu laut atau bulu seribu ini dapat ditemui di ekosistem terumbu karang. Bintang laut berduri merupakan salah satu jenis bintang laut raksasa dengan jumlah duri yang banyak. Organisme ini memiliki potensi penyebab kerusakan yang cukup luas di ekosistem terumbu karang (Yamaguchi, 1986; Pratchett, 2001).
Menurut Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis (2015), di antara pemangsa karang yang ada, bintang laut berduri adalah predator paling berbahaya ketika terjadi ledakan populasi (outbreak). Hampir seluruh karang hidup dimangsa oleh hewan ini. Dalam jumlah besar (blooming), mereka mengakibatkan kerusakan ekosistem terumbu karang di kawasan Indo-Pasifik.
Ledakan populasi bintang laut ini pertama kali dilaporkan pada 1962 di Green Island, Great Barrier Reefs. Sementara di Jepang, kejadian serupa pertama kali dilaporkan pada 1969. Hewan ini diperkirakan mulai memasuki perairan Jepang pada 1957-1958 dan memangsa karang yang serius sejak awal 1970-an (Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, 2015).
Di Indonesia, kehadirannya telah dilaporkan sejak 1970-an oleh para peneliti Lembaga Ilmu Pegetahuan Indonesia, misalnya, di sekitar Ambon dan Kepulauan Seribu (Lane, 1996). Kedua laporan tersebut menunjukkan adanya populasi bintang laut dalam jumlah sedikit atau dalam kondisi masih rendah.
Mengutip penelitian Azkiya Banata (2015) dari Program Studi Biologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, bintang laut berduri berukuran relatif besar. Diameternya mencapai 60-70 cm dan memiliki perut yang lebih besar dibandingkan bintang laut pada umumnya. Duri tajam pada permukaan tubuhnya dapat mencapai panjang hingga 5-6 cm dan dilengkapi jaringan yang mengandung senyawa beracun.
Hewan unik ini mempunyai sejumlah lengan yang berjumlah sekitar 15-23 buah. Berbagai organ tubuh, alat pencernaan, kantung benih (gonad), susunan saraf, dan lainnya berada di setiap lengan (Fraser et al., 2003).
Di permukaan tubuh hewan ini terdapat sebuah mulut besar dan sederetan tabung kaku yang tersusun sebagai suatu alur pada tiap lengan. Pada bagian ujung lengan terdapat struktur yang sangat sensitif berwarna merah muda cerah. Ini adalah sensor yang selalu bergerak untuk mendeteksi adanya sinyal-sinyal kimiawi di air.
Bintang laut berduri mempunyai bermacam warna tergantung pada lokasi tempat mereka tinggal. Bulu seribu yang ditemukan di Thailand, misalnya, memilki warna merah dan abu-abu. Rona yang sama juga banyak ditemukan di Great Barrier Reef berupa bintang laut berduri berwarna hijau dan merah. Di Indonesia hewan laut ini umumnya berwarna abu-abu, ungu, hijau, dan biru.